Minggu, 13 Maret 2011

KEWIRAUSAHAAN

KEWIRAUSAHAaN

Pengertian Kewirausahaan

Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan dengan titik beratperhatian atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalahpenciptaan organisasi baru(Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasiberbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), danmendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803). Beberapa definisi tentangkewirausahaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

Richard Cantillon (1973)

Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorangwirausahawan mebeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masayang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan padabagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian

Jean Baptista Say (1816)

Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan

menemukan nilai dari produksinya.

Frank Knight (1921)

Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisiini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian padadinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsimanajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan

Joseph Schumpeter (1934)

Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebutbisa dalam bentuk (1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, (2)memperkenalkan metoda produksi baru, (3) membuka pasar yang baru (new market),(4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau (5)menjalankan organisasi baru pada suatu industri.Schumpeter mengkaitkan wirausahadengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannyadengan kombinasi sumber daya.

Penrose (1963)

Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistemekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitaskewirausahaan.

Harvey Leibenstein (1968, 1979)

Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan ataumelaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belumteridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahuisepenuhnya.

Israel Kirzner (1979)

Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar.

Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio

Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visike dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebihbaik dalam menjalankan sesuatu. Hasila akhir dari proses tersebut adalah penciptaanusaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.

Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian tersebut adalah bahwakewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-peluang yangmuncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan danatau kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapiresiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif daninnovatif.

Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalamkegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkansebagai kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketikamembentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpamenjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat sementara ataukondisional.

Bahan ini disadur dan disarikan dari

http://westaction.org/definitions/def_entrepreneurship_1.html yang diakses pada tanggal 13 januari 2006

Sebenarnya definisi kewirausahaan itu cukup bervariasi, tapi di sini kita coba buat definisi kewirausahaan ini secara umum dan bahasa sehari-hari.

Seperti kita tahu kewirausahaan berasal dari kata dasar wirausaha dan wirausaha terdiri dari 2 kata yaitu, wira yang berarti kesatria, pahlawan, pejuang, unggul, gagah berani, sedangkan satu lagi adalah kata usaha yang berarti bekerja, melakukan sesuatu.

Dengan demikian pengertian dari wirausaha ditinjau dari segi arti kata adalah orang tangguh yang melakukan sesuatu. Tetapi kalau definisi kewirausahaan yang lebih detail disini akan kita ambil dari beberapa sumber.

Mengacu dari Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, disebutkan bahwa:

1. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan.

2. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Kewirausahaan atau dalam bahasa perancis disebut entrepreneurship dan kalau diterjemahkan secara harfiah punya pengertian sebagai perantara, diartikan sebagai sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa dan karya atau mampu menggabungkan unsur kreativitas, tantangan, kerja keras dan

kepuasan untuk mencapai prestasi maksimal .

Stoner, James: kewirausahaan adalah kemampuan mengambil faktor-faktor produksi-lahan kerja, tenaga kerja dan modal-menggunakannya untuk memproduksi barang atau jasa baru. Wirausahawan menyadari peluang yang tidak dilihat atau tidak dipedulikan oleh eksekutif bisnislain.

Konsep dan Pengertian Kewirausahaan

Tidak ada bangsa yang sejahtera dan dihargai bangsa lain tanpa kemajuan ekonomi. Kemajuan ekonomi akan dapat dicapai jika ada spirit kewirausahaan, yang kuat dari warga bangsanya. China baik dijadikan contoh konkret dan paling dekat. Setelah menggelar pesta akbar Olimpiade 2008 yang mencengangkan banyak orang beberapa waktu lalu, mereka kembali membuat dunia berdecak dengan kesuksesan astronotnya berjalan-jalan di angkasa luar. Dan kini, dunia menantikan China turun tangan membantu mengatasi krisis keuangan global. Tanpa kemajuan ekonomi, tentu semua itu tak mungkin dilakukan China. Salah satu faktor kemajuan ekonomi China adalah semangat kewirausahaan masyarakatnya, yang didukung penuh pemerintahnya.

China, Korea Selatan, dan India semakin berjaya mengibarkan produk-produknya sebagai bendera nasionalnya di pentas global. Bisnis korporasi multinasional terus menggurita di tanah air, sementara pengusaha dan korporasi nasional belum juga memiliki satu pun produk bermerek global, kecuali terkenal sebatas pemasok komoditas primer bernilai tambah rendah.

Negara maju umumnya memiliki wirausaha yang lebih banyak ketimbang negara berkembang, apalagi miskin. Amerika Serikat, misalnya, memiliki wirausaha 11,5 persen dari total penduduknya. Sekitar 7,2 persen warga Singapura adalah pengusaha sehingga negara kecil itu maju.

Indonesia dengan segala sumber daya alam yang dimilikinya ternyata hanya memiliki wirausaha tak lebih 0,18 persen dari total penduduknya. Secara historis dan konsensus, sebuah negara minimal harus memiliki wirausaha 2 persen dari total penduduk agar bisa maju.

Bangsa Indonesia semakin berpacu dengan bangsa lain yang sudah lebih dulu maju. Bahkan, negara-negara yang pernah mengalami krisis ekonomi seperti Indonesia, yang menyebabkan mulai bergantinya pelaku aktif di dunia bisnis, semakin jauh melesat. Korporasi baru terus bermunculan, dikendalikan kaum muda dengan visi bisnis yang kuat, jiwa kewirausahaan yang tangguh. Pemimpin bisnis berusia muda terus bermunculan, siap membawa ekonominya melaju lebih pesat.

Pernyataan seperti pada awal tulisan ini berkali-kali diutarakan dalam berbagai kesempatan terpisah oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla yang memang berlatar belakang pengusaha. Pengusaha nasional lainnya juga berbicara senada, antara lain Ciputra, Sofian Wanandi, dan Arifin Panigoro. Bukan hanya mereka yang sudah senior dan telah mengenyam banyak asam garamnya bisnis, tetapi juga kalangan muda generasi kini, seperti Rachmat Gobel dan Anindya Bakrie. Mereka juga gregetan melihat lambatnya kebangkitan wirausaha di kalangan kaum muda sendiri.

Tidak ada negara sekaya dan selengkap sumber daya alam Indonesia.

Sejak zaman penjajahan, nusantara ini sudah menjadi sumber utama dunia akan hasil bumi dan laut, komoditas primer. Komoditas pertanian, perkebunan, laut, dan pantai Indonesia sudah jadi pembicaraan pebisnis global. Berdatangannya partikelir untuk berdagang, dan sebagian berujung penjajahan, adalah bukti otentik dari catatan sejarah masa silam itu. Indonesia penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, tapi bukan penghasil cokelat terkemuka. Swiss yang tidak punya lahan untuk menanam kakao menjadi produsen cokelat terkemuka. Bangsa Jepang tak punya sumber daya alam yang berlebihan, tapi negara ini bagaikan pabrik raksasa yang memasok kebutuhan hidup manusia sedunia. Semua itu karena kewirausahaan

masyarakatnya yang kuat.

Persoalan ada pula di sisi lain, yakni masih kaburnya visi serta rendahnya komitmen birokrat dan pengambil kebijakan publik tentang pentingnya membangun semangat kewirausahaan masyarakat, terutama di kalangan anak-anak muda. Kewirausahaan hanya bisa bangkit manakala diberi lahan subur untuk bersemai, dipupuk, dilindungi, dan dibela kepentingannya. Dengan kekuatan modal, teknologi, dan sumber daya manusia yang dimiliki, mereka akan terus menggunakan segala kekuatan untuk melakukan ekspansi dan pengisapan kekayaan di negara-negara

tertinggal atau berkembang tempat mereka beroperasi.

Untuk mengimbangi semakin mengguritanya korporasi multinasional itu, tidak lain kecuali membangun semangat kewirausahaan di kalangan manusia baru Indonesia seagresif mungkin sehingga lahir semakin banyak pelaku usaha, dan tumbuhnya korporasi-korporasi baru yang sehat dan tangguh. Oleh karena itu, untuk mempercepat pertumbuhan wirausaha di dalam negeri, harus ada upaya serius untuk menciptakan orang-orang yang mampu mengambil peluang yang ada dan menciptakan lapangan kerja untuk dirinya maupun untuk orang lain. Lembaga pendidikan mesti bisa berperan lebih banyak lagi untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan dan membentuk orang-orang yang tahan banting dengan segala kesukaran yang dihadapi untuk membangun kemandirian.

Tanpa semua itu, Indonesia hanya akan menjadi pasar yang besar bagi

produk bangsa dan korporasi asing. Kekayaan berupa potensi sumber daya alam akan lebih banyak dinikmati bangsa lain, sementara bangsa sendiri cukup puas mengonsumsi karya bangsa lain. Keterampilan manusianya dalam hal menghasilkan komoditas dagangan dunia pun tak diragukan. Akan tetapi, semua itu bisa menjadi tinggal kenangan di tengah arus kapitalisme global yang mengutamakan keunggulan modal, teknologi, dan inovasi manusianya, yang kini menjadi kelemahan bangsa ini. Sebelum memaparkan teori kewirausahaan, terlebih dahulu saya mengulas pengertian “teori”. Kita biasanya menggunakan teori untuk menjelaskan sebuah fenomena. Fenomena yang akan dijelaskan disini adalah kehadiran entrepreneurship yang mempunyai kontribusi besar dalam pengembangan ekonomi. Teori tersebut terdiri dari konsep dan konstruk.

Teori adalah “sekumpulan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang

saling berhubungan” yang menunjukkan pandangan sistematis terhadap sebuah fenomena dengan merinci hubungan antar variabel, dengan tujuan untuk menerangkan dan memprediksi fenomena. Mari kita lihat beberapa teori yang menjelaskan dan memprediksi fenomena mengenai kewirausahaan.

Secara teoriti, perusahaan sebagai sebuah istilah teknologis, dimana manajemen (individu-individu) hanya mengetahui biaya dan penerimaan perusahaan dan sekedar melakukan kalkulasi matematis untuk menentukan nilai optimal dari variabel keputusan. Hmmm, jadi individu hanya bertindak sebagai “kalkulator pasif” yang kontribusinya relative kecil terhadap perusahaan.

Jadi, dalam pendekatan teoritis tidak cukup mampu untuk menjelaskan isu mengenai kewirausahaan. Ada yang menyebutnya “There is no space for an entrepreneur in neoclassical theory”. Nah loh, jadi dimana letak teori kewirausahaannya dong? Tapi sebagai titik awal masih bermanfaat juga kok. Kan konsep perusahaan (the firm) yang dijelaskan dalam Neo Klasik masih mengakui juga keberadaan pihak manajemen atau individuindividu. Dan individu inilah yang nantinya berperan sebagai entrepreneur atau intrapreneur, yang akan dijelaskan pada teori-teori selanjutnya.

Situs:http://file.upi.edu/Direktori/A%20%20FIP/JUR.%20ADMINISTRASI%20PENDIDIKAN/196210011991021%20-%20YOYON%20BAHTIAR%20IRIANTO/Modul-1-Konsep%20Kewirausahaan.pdf

1 komentar:

Vivin Virantika Yuliartanti mengatakan...

pembayaran melalui apa.? bagaimana jika tidak memiliki buku tabungan..

apakah bisa?